Pertanyaan ini pernah ditanyakan oleh teman yang selalu saya jawab dengan kata “nyaman”. Kata “nyaman” memiliki banyak arti bagi saya.
Hidup CLI (Shell)!
Saya hobi bermain dengan CLI (Command Line). Di Windows, CMD (Command Prompt) hanyalah sebatas tool kecil pelengkap sistem operasi besutan Bill Gates. CMD merupakan tool yang bisa dibilang seperti aplikasi yang tidak banyak berguna, walaupun kemudian muncul Power Shell, saya tidak begitu tertarik. Di sisi lain, ada pernyataan dari seseorang yang mengaku pernah berkontribusi di kernel Windows. Dia menyatakan bahwa beberapa orang kontributor kernel ingin mengimprovisasi CMD, tapi mereka tidak bisa/tidak diijinkan. Terlepas dari pengakuan itu, karena Windows awalnya memang dibangun dengan GUI, maka hampir semua perintah bisa dijalankan via GUI, tanpa CMD pun bisa.
Berbeda dengan Linux, CLI sangat powerful. Bahkan ada pepatah yang mengatakan “there is a shell, there is a way”. Di Linux, anda paling tidak harus mengerti beberapa perintah, khususnya yang berhubungan dengan manajemen paket, seperti perintah pacman
di Arch Linux dan turunannya, perintah apt-get
di Debian dan turunannya, perintah emerge
di Gentoo, dan lainnya.
Open Source
Saya sangat tertarik dengan hal-hal berbau open source. Linux adalah open source! Ketika memakai Windows, saya sudah malas duluan ketika ingin mencoba mengcompile sesuatu karena harus instal cygwin atau mingw. Itu cukup menyebalkan.
Package Manager
Instalasi aplikasi sangat mudah. Di Windows, ketika ingin menginstal sebuah aplikasi saya harus menuju situs penyedia aplikasi tersebut baik situs resmi atau situs mirror. Download kemudian instal. Berbeda dengan Linux, saya hanya perlu mengetikkan perintah satu baris menggunakan CLI untuk mendownload dan menginstal aplikasi. Misal, ketika ingin menginstal Firefox di Ubuntu saya hanya perlu menulis perintah apt-get install firefox
atau ketika di Manjaro dengan perintah pacman -S firefox
. Terkadang saya menggunakan pamac
di samping pacman
, atau mirip dengan synaptic
nya Ubuntu.
Package Managerlah tool yang digunakan di Linux untuk menginstal sesuatu seperti di atas.
Windows Membosankan
Mungkin karena sejak SD saya selalu menggunakan Windows, saya menjadi bosan. Selain itu, menggunakan sistem operasi ini serasa tidak menantang. Yah .. walaupun tantangan itu selalu datang dalam wujud malware.
Pergilah crack!
Menurut saya,
Windows mengajarkan kita untuk membajak. Mac mengajarkan kita untuk mengeluarkan biaya lebih. Linux mengajarkan kita untuk menggunakan open source.
Sebagai orang Indonesia yang tidak terbiasa membeli lisensi software, saya selalu menggunakan crack, serial number, keygen, dsb. Bagi saya, ini sangat menjengkelkan. Saya bisa menghabiskan waktu bermenit-menit, atau mungkin berjam-jam untuk mendapatkan crack yang valid. Waktu produktif saya pun hangus.
Konyolnya banyak orang menginstal anti-virus premium menggunakan crack. Terus, apa gunanya anti-virus?
Bukan gamer
Ya, saya bukan gamer. Saya tidak terlalu menggebu-nggebu main game. Tapi kalau untuk game-game tertentu, saya oke :3
Toh, saya optimis. Para pengembang game dan distributornya lambat laun akan melirik Linux sebagai platformnya. Contohnya saja Steam, sebuah distributor game milik Valve, yang sudah mendukung Linux. Bahkan beberapa game pun juga sudah dikembangkan native untuk Linux, seperti DOTA dan game lain yang mampu dijalankan dengan Wine.
Kesimpulan
Saya bukan fanboy Linux, tapi saya cinta Linux. Pengguna Linux lain pun pasti punya alasan berbeda-beda kenapa pakai Linux.
Saya tidak anti Windows, karena saya menggunakan sistem operasi ini untuk bermain game :3
Jadi, kalau pakai Linux bisa, kenapa pakai Windows?